“Publik speaking terbaik adalah
menceritakanya dari hati, bahkan dari derita satu ke derita lainya yang
sesungguhnya”
Naqoy- Master Trainer
The Infleuncer Code
DERITA ADALAH
SEBUAH KISAH
Mahatma Ghandi, Mother Therasa,
Soekarno, Abraham Lincon, Leonardo Davindi, Newton sampai para Distruptor di
era sekarang seperti Buffet, Elon Mask sampai Shah rukh Khan. Mereka ketika
berbicara selalu dari hati, maka pendengar menyimaknya dengan kesungguhan. Penderitaan
memang menyakitkan, namun sesungguhnya tidak selamanya itu menyakitkan, bahkan
dalam The7Awareness Model dijelaskan
bahwa masalah datang satu paket dengan solusi.
Dalam One Minute Awareness (2010) dikuatkan bahwa “ Penderitaan merupakan
jalan terbaik melatih apakah seseorang adalah pemimpin atau pemimpi”. Negeri
ini sudah terlalu banyak pemimpi hebat dan besar namun pemimpin yang besar
masih bisa dihitung dengan jari. Bahkan dalam ilmu kesehatan mental, seseorang
disebut memiliki kesehatan mental adalah diuji ketika ada masalah dan tekanan,
apakah dirinya masih tetap berbuat baik dan berkata baik atau sebaliknya
terbawa oleh situasi yang menyakitkan.
Anak-anak remaja yang memiliki
penderitaan hati seperti kerinduan kepada ibunya yang bekerja diluar negeri
atau kehancuran hubungan ayah ibunya akan menyimpan cerita yang ketika dibahas
tidak akan berhenti hanya sebatas 10 menit, namun tetap memukau bahkan sampai
30 menit lebih. Dalam istilah Tasawuf mereka telah menemukan “Haqul yaqin”,
sebuah keyakinan yang sebenarnya dialaminya sendiri. Anak-anak Palestine yang
selamat dan mereka bicara di hadapan media dunia maka akan memiliki kekuatan
magnet yang tidak bisa diremehkan, mereka menggugah hati manusia se dunia.
DERITA ADALAH
INSPIRASI
Pidato
Soekarno di PBB yang dikenal sebagai "To
Build the World Anew" pada Sidang Umum PBB ke-15 di New York pada 30
September 1960 adalah salah satu pidato yang sangat bersejarah. Dalam pidato
ini, Soekarno menyampaikan pandangannya tentang pentingnya persatuan dunia,
perdamaian, dan keadilan, serta menyoroti dampak kolonialisme dan imperialisme.
Beliau
menekankan bahwa dunia harus dibangun kembali berdasarkan prinsip-prinsip
keadilan dan persamaan, serta menyerukan agar negara-negara yang baru merdeka
mendapatkan tempat yang adil dalam komunitas internasional. Soekarno juga
mendorong PBB untuk berperan lebih aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan
negara-negara yang masih terjajah pada waktu itu. Pidato ini menjadi simbol
dari semangat perjuangan kemerdekaan dan anti-kolonialisme yang kuat di tengah
masyarakat dunia. Warisan pidato ini terus dikenang sebagai salah satu momen
penting dalam sejarah diplomasi Indonesia di kancah internasional.
Memori
dunia (Memory of the World) adalah
program UNESCO yang bertujuan untuk melestarikan dokumen-dokumen sejarah yang
penting bagi umat manusia. Namun, hingga saat ini, pidato Soekarno di PBB belum
diakui secara resmi sebagai bagian dari Memori Dunia oleh UNESCO. Meski
demikian, pidato tersebut tetap diingat sebagai salah satu tonggak sejarah yang
penting dalam memperjuangkan kemerdekaan dan hak asasi manusia di dunia.
Pertanyaan
sederhananya adalah mengapa Pidato Soekarno bahkan dijadikan sebagai “Memory of the World” ?, jawabanya
adalah karena Soekarno menyampaikan dalam Public Speaking yang memukai dalam
kode pertama adalah penderitaan. Sebuah penderitaan bangsa Indonesia yang
dijajah ratusan tahun sehingga dalam kata-katanya bukan lagi hanya pembenaran
kata, sebuah kosa kata yang sebelumya memberikan pesan hanya 10 % bisa berubah drastis
terlebih ketika Soekarno menggunakan ‘intonasi kata”.
Intonasi
kata bagi Soekarno bahkan bisa melebihi 70 %, walau rata-rata manusia biasa
sebatas 40 %, sebuah intonasi kata menjadi ajaib ketika disampaikan dalam
keadaan nyata sebuah upaya bagaimana keluar dari penderitaan hati yang cukup
lama. Penderitaan, dalam esensinya, mengungkap kebenaran tentang kondisi
manusia dan masyarakat. Ketika penderitaan disuarakan, ia menantang
ketidakadilan, memanggil keadilan, dan memaksa masyarakat untuk menghadapi
kenyataan yang mungkin ingin diabaikan atau disembunyikan.
Penderitaan sering kali menjadi suara
kebenaran karena ia menghadirkan realitas yang tak dapat diabaikan atau
disangkal. Ada beberapa alasan mengapa penderitaan dapat menyuarakan kebenaran:
- Pengalaman Nyata dan
Autentik: Penderitaan adalah pengalaman langsung yang
dirasakan oleh individu atau kelompok. Ketika seseorang atau sekelompok
orang menderita, pengalaman mereka menjadi bukti nyata dari kondisi yang
tidak adil atau situasi yang salah. Ini adalah kebenaran yang tidak dapat
diabaikan karena berasal dari realitas hidup.
- Kepekaan Terhadap
Ketidakadilan: Penderitaan
sering kali terjadi akibat ketidakadilan, penindasan, atau pelanggaran
hak. Ketika penderitaan diungkapkan, itu menyoroti adanya masalah yang perlu
diperbaiki. Penderitaan menjadi katalis untuk perubahan sosial karena
mengungkapkan kebenaran tentang sistem yang tidak adil.
- Solidaritas dan
Empati: Penderitaan yang diungkapkan bisa
membangkitkan solidaritas dan empati di antara orang lain. Ketika penderitaan
diungkapkan secara luas, orang-orang yang mendengarnya bisa menjadi lebih
sadar dan termotivasi untuk bertindak demi keadilan. Ini membuat suara
penderitaan menjadi alat yang kuat untuk menggerakkan perubahan sosial.
- Menembus Kebohongan
dan Kepalsuan: Dalam banyak
kasus, penderitaan mematahkan narasi-narasi palsu yang digunakan untuk
membenarkan ketidakadilan atau kekejaman. Kebenaran yang tersembunyi di
balik propaganda atau retorika bisa terungkap melalui penderitaan yang
dialami oleh orang-orang yang terdampak.
- Dorongan untuk
Perubahan: Penderitaan sering kali mendorong mereka
yang mengalaminya untuk mencari kebenaran dan memperjuangkan perubahan.
Ketika penderitaan diderita secara meluas dan mendalam, suara mereka yang
menderita bisa menjadi kekuatan pendorong untuk reformasi atau revolusi.
Training The7Awareness Public Speaking bisa hub 087878289001, email naqoycenter@gmail.com