Abstraksi: Ketika Dunia menghadapi Covid ada banyak negara yang menyerah bahkan dianggap gagal, akan tetapi berbeda dengan Indonesia yang memiliki kearifan local dengan menggunakan strategi berwirausaha model 3 M yaitu Metode, Milieu dan Mentor, Ketiga rumus ini ternyata menjadi kata kunci sukses Kampung adat Cipta Gelar seolah-olah tidak menghadapi “distrupsi” di era VUCA. Mereka bagaikan tidak tersentuh oleh berbagai macam virus dan informasi hoax yang menyesatkan. Mereka seperti layaknya nenek moyang mereka yang merupakan pasukan dari Prabu Siliwangi tetap menjaga kekompakan, kepercayaan dan saling menghormati satu dengan yang lainya. Pengabdian Masyarakat ini memberikan motivasi dan inspirasi kepada mahasiswa Doktoral UNPAK tentang pentingnya Bersama-sama menuju kesuksesan hidup melalui sinergitas alami. Bagian penting dari kemandirian hidup bangsa adalah berkolaborasi , adapun tujuan dari bersinergi diantaranya adalah (1). Melipatgandakan kekuatan dan keunggulan sehingga menjadi nilai lebih, (2). Mengurangi resiko kegagalan ketika sendirian, (3). Menuju kesejahteraan Bersama-sama .
Keywords: Wirausaha, inspirasi Cipta Gelar, Kolaborasi, kemandirian
sosial
Abstract: When the world faced Covid there were many
countries that gave up and were even deemed to have failed, but this is
different from Indonesia which has local wisdom by using the 3 M model of
entrepreneurship strategy, namely Method, Milieu and Mentor. These three
formulas turned out to be the keywords for success. Cipta Gelar Traditional
Village as if not facing "disruption" in the VUCA era. They seem
untouched by various kinds of viruses and misleading hoax information. They,
like their ancestors who were King Siliwangi's troops, still maintain unity,
trust and respect each other. This Community Service provides motivation and
inspiration to UNPAK Doctoral students about the importance of working together
towards life success through natural synergy. An important part of the nation's
independent life is collaboration, the goals of synergy include (1).
Multiplying strengths and advantages so that they become added value, (2).
Reducing the risk of failure when alone, (3). Towards prosperity together.
Keywords: Entrepreneurship, inspiration for title
creation, collaboration, independence
INTRODUCTION
Dalam
buku No Box Leadership (2023), diantara 4 kemampuan penting era Vuca ini adalah Wisdom
- Intellegency- Creativity dan Synhesis. Bagian penting dari
kepemimpinan era post Covid 21 adalah Wisdom
Leadership, Sharma (2017) dan Covey (2010) sepakat bahwa kearifan
seseorang yang akan menjadi pemimpin dibentuk oleh dua faktor, hal ini
disepakati oleh Naqoy (2023) dalam jurnalnya 'Wisdom Leadership" yang menuangkan bahwa kedua pondasi yaitu
(1). Pengalaman hidup dan (2). Ilmu Pengetahuan, ketika perkawinan ini terjadi
dalam diri seseorang maka akan menemukan pencerahan diri, sejalan dengan
kutipan Lao-Tzu "Seseorang yang
telah mengenali orang lain maka dirinya menemukan kearifan dan seseorang
yang telah menemukan dirinya maka dia telah menemukan
pencerahan". Dalam
Islam sesuai dengan Hadits Nabi "Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu"
yang artinya Barang siapa mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhanya.
Bicara
tentang sejarah adat kampung Cipta Gelar maka tidak bisa lepas dari Cerita
Prabu Siliwangi, ketika Sang Prabu Ingin Moksa dan memerintahkan prajutritnya
untuk membentuk tiga kelompok, para prajurit Sang Prabu kemudian membuat tiga
desa yang saling keterkaitan satu dengan yang lainya. Salah satunya adalah
kampung Gede yang sering berpindah-pindah menghindari penjajah Belanda dan
Jepang. Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar merupakan masyarakat adat yang
masih mempertahankan budaya leluhur yang menjadi pegangan kehidupan.
Menurutnya, nenek moyang adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan lebih
atau melebihi kemampuan manusia umumnya yang dianggap sebagai keturunan dari
kerajaan Sunda Pajajaran.
Sistem
keagamaan Kampung Ciptagelar adalah Islam, namun memiliki unsur kepercayaan
asli Sunda Wiwitan yang kuat. Dilihat dari upacara-upacara yang selalu
diadakan. Sejak tahun 2001, kampung Ciptarasa yang berasal dari desa Sirnarasa
telah melakukan hijrah wangsit ke desa Sirnaresmi yang berjarak dua belas kilometer.
Di desa Sirnaresmi, tepatnya di desa Sukamulya, Abah Anom selaku ketua kampung
adat menamai kampung Ciptagelar sebagai tempat pindah baru. Ciptagelar memiliki
arti terbuka atau pasrah. Pindah dari Kampung Ciptarasa ke Kampung Ciptagelar
karena perintah leluhur yang disebut wahyu. Hal itu diturunkan untuk diterima
atau disebarkan oleh Abah Anom melalui proses ritual yang mau tidak mau harus
dilaksanakan.
Dari
foto-foto yang ditampilkan di ruangan Abah, terlihatb sebuah proses kehidupan yang panjang telah
dilewati disini, menjaga tradisi (budaya) yang penuh pesan kearifan bagi umat
manusia secara utuh baik skala Indonesia ataupun dunia. Daur hidup padi
dari awal penanaman hingga panen pada masyarakat Ciptagelar memiliki rangkaian
aturan adat dan upacara yang harus dilakukan, di antaranya: (1). Ngaseuk, (2). Sapang Jadian Par, (3).
Par nyiramo dan mapag par beukah, (4). Sawenan, (5). Mipit par, (6). Nganyaran
atau ngabukti. (7). Ponggokan,dan yang puncak adalah Seren Taun,
upacara ini merupakan puncak dari aktivitas masyarakat Ciptagelar.
Biasanya
selalu diadakan setiap tahun karena tradisi nenek moyang untuk mengormati dewi
padi atau yang terkenal dengan nama Nyi Pohaci atau Dewi Sri. Sebenarnya bagi
Penulis sendiri yang lahir di pantura
yaitu Cirebon banyak hal yang mirip atau sama, hanya saja perbedaanya adalah
masyarakat adat Cipta Gelar mampu merawat budaya dengan kesunguhan hatinya yang
sudah menjadi jalan hidup dari nenek moyangnya yaitu para prajurit Prabu
Siliwangi, sementara masyarakat umum budaya-budaya sunda yang ada telah hilang
oleh kemodernan zaman dari waktu-ke waktu.
Kelak
ada waktunya, ketika Dunia melihat bahwa yang membuat Indonesia menjadi kuat
tidak hanya karena kemampuan melihat peluang, namun Indonesia ditopang oleh
budaya yang memiliki kearifan lok al seperti kampung adat cipta gelar. Ruh dari
kewirausahaan terlihat jelas dari konsep dan keyakinan. Joseph Schumpeter
(1934) salah satu ekonom pengagas teori pertumbuhan ekonomi menyatakan
entrepreneur mempunyai andil besar dalam pembangunan ekonomi melalui penciptaan
inovasi, lapangan kerja, dan kesejahteraan. Dunia usaha yang dibangun
entrepreneur akan mendorong perkembangan sector-sektor produktif. Semakin
banyak suatu negara memiliki entrepreneur, maka pertumbuhan ekonomi negara tersebut
akan semakin tinggi.
Berbeda
dengan bidang-bidang lainnya, kajian mengenai kearifan lokal dalam berbagai
praktik wirauasaha sangatlah minim.
Artikel ini berusaha mengidentifikasi beberapa penerapan kewirausahaan sosial
di Cipta Gelar . Penulis menggunakan metode studi literatur dalam
mengidentifikasi berbagai nilai-nilai kearifan lokal dalam praktik bisnis di
Indonesia
LITERATURE REVIEW
AND HYPOTHESIS DEVELOPMENT
Wirausaha
menurut Hisrich-Peters (2002: 10), adalah suatu proses atau kegiatan untuk
menciptakan/membuat produk yang baru dan berbeda dengan yang lainnya dimana
kegiatan tersebut dikerjakan dengan mengorbankan waktu dan tenaga disertai
dengan pengorbanan keuangan, psikis, dan resiko sosial untuk mendapatkan penghargaan
baik berupa uang/materi, mendapatkan kepuasan, serta kebebasan pribadi. Menurut
Frederick, Kuratko & Hadgetts (2007: 29) wirausaha diartikan sebagai proses
memandang jauh kedepan yang selalu dinamis dengan cara selalu melakukan
perubahan dan berkreasi.
Dalam
melaksanakan perubahan tersebut diperlukan adanya kemampuan untuk memecahkan
masalah, kemampuan menghadapi resiko, waktu, karir, kerja sama tim, dan
keterampilan sehingga pada akhirnya akan memperoleh kepuasan diri dan
kemandirian. Pengertian tentang wirausaha diatas dapat dimaknai bahwa seorang
wirausaha adalah orang yang memiliki semangat, perilaku dan kemampuan untuk
menciptakan produk yang baru atau memberikan nilai tambah pada sesuatu yang
sudah ada agar memiliki nilai jual yang dilakukan untuk mendapatkan keuntungan
bagi dirinya sendiri maupun orang lain sehingga tidak tergantung pada orang
lain atau memiliki kemandirian.
Mc
Clelland dalam Yuyus Suryana dan Kartib Bayu (2010: 40) mengajukan konsep Need
for Achievment (N-Ach) yang diartikan sebagai virus kepribadian yang
menyebabkan seseorang ingin berbuat baik dan terus maju, selalu berpikir untuk
berbuat yang lebih baik, dan memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil
tindakan resiko yang benar-benar telah diperhitungkan. Adapun karakteristik
mereka yang memiliki N-Ach tinggi adalah sebagai berikut: 1. Lebih menyukai
pekerjaan dengan resiko yang realistis. 2. Bekerja lebih giat dalam tugas-tugas
yang memerlukan kemampuan mental. 3. Tidak bekerja lebih giat karena adanya
imbalan uang. 4. Ingin bekerja pada situasi dimana dapat diperoleh pencapaian
pribadi (personal Achievment). 5. Menunjukan kinerja yang lebih baik dalam
kondisi yang memberikan umpan balik yang jelas positif. 6. Cenderung berpikir
ke masa depan serta memiliki pemikiran jangka panjang.
Hisrich & Peter (2002: 52) menyebutkan
bahwa karakteristik wirausaha ada 7, yaitu seorang wirausaha memiliki kemampuan
untuk memahami lingkungan, memiliki visi atau pandangan kedepan dan
fleksibel/tidak kaku, memiliki kreatifitas dalam pengelolaan usaha, dapat
bekerja sama dalam tim, terbuka, dapat membangun kerjasama dalam memajukan
perusahaan, dan mampu mempertahankan diri.
Kewirausahaan merupakan suatu proses dinamis untuk menciptakan nilai
tambah atas barang dan jasa serta kemakmuran. Peter F.Drucker (1994)
mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda. Thomas W. Zimmerer (1996;51) mengungkapkan bahwa
kewirausahaan merupakan proses penerapan kreativitas dan inovasi untuk
memecahkan masalah dan mencari peluang yang dihadapi setiap orang dalam
kehidupan seharihari. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui pemikiran kreatif dan
tindakan inovatif demi terciptanya peluang.
Thomas W.Zimmerer et al (2005) merumuskan manfaat berwirauaha
sebagai berikut: 1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib
sendiri. 2. Memberi peluang melakukan perubahan : Pebisnis menemukan cara untuk
mengombinasikan wujud kepedulian mereka terhadap berbagai masalah ekonomi dan
social dengan harapan akan menjalani kehidupan yang lebih baik 3. Memberi
peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya : Memiliki usaha sendiri
memberikan kekuasaan, kebangkitan spiritual dan membuat wirausaha mampu
mengikuti minat atau hobinya sendiri. 4. Memiliki peluang untuk meraih
keuntungan seoptimal mungkin 5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam
masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya 6. Memiliki peluang untuk
melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya
Entrepreneur dalam menjalankan bisnisnya tidak lepas dari modal.
Modal tidak selamanya identik
dengan uang ataupun barang (tangible). Sebuah ide sudah termasuk modal yang
luar biasa karena ide merupakan modal utam mendukung modal lainnya.Beberapa
modal yang termasuk ke dalam modal tidak berwujud (intangible) antara lain :
1. Modal Intelektual Modal Intelektual didefinisikan sebagai
kombinasi dari sumberdaya-sumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan yang
membolehkan organisasi mentransformasi sebuah bundelan material, keuangan dan
sumberdaya manusia dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder
value (Cut Zurnali , 2008).
2. Modal Sosial dan Moral Modal sosial dan moral yang dapat disebut
sebagai suatu integritas merupakan suatu hal penting yang membentuk sebuah
citra terhadap kepribadian Anda sebagai seorang wirausaha. Pada saat
menjalankan bisnis, ada etika wirausaha yang tidak boleh Anda langgar.
3. Modal Mental Mental wirausaha harus ditaman sejak dini. Karena
modal mental merupakan kesiapan sejak dini kemudian diwujudkan dalam bentuk
keberanian untuk menghadapi risiko dan tantangan. Sebagai wirausaha, Anda harus
berani menghadapi risiko. Risiko disini berarti risiko yang telah
diperhitungkan sebelumnya sehingga hasil yang akan dicapai akan proporsional
terhadap risiko yang akan diambil. Anda harus bisa belajar mengelola risiko
dengan cara mentransfer berbagai risiko ke pihak lain seperti bank, investor,
konsumen, pemasok dan sebagainya Inovasi Inovasi tidak lepas dari dua kriteria
utama yakni kebaruan (novelty) dan perbaikan (improvement).
Kebaruan disini tidak harus berupa menciptakan menciptakan ebuah
produk baru tapi juga bisa pada sisi nilai guna, kondisi dan aplikasinya.
Kriteria improvement disini dimaksudkan pencarian alternative terbaik yang
paling efisien dan efektif untuk sebuah proses maupun sebuah produk. Definisi
lain dari inovasi juga mempertimbangkan adanya proses penciptaan produk yang
incremental dan radical, kemudian ada juga yang mempertimbangkan adanya inovasi
yang bisa disebarkan (Diffused Innovation) dan inovasi yang diadopsi (Adopted
Innovation) (Helltrom, 2004). Inovasi Sosial Inovasi sosial menurut Mulgan et
al (2007) adalah aktivitas dan pelayanan inovasi yang dilakukan untuk mencapai
kebutuhan sosial yang biasanya dilakukan oleh sebagian besar organisasi yang
tujuan utamanya adalah sosial. Definisi lain tentang inovasi social oleh
Standford Social Innovation Review (2008) adalah sebuah proses menemukan,
menjamin dukungan dan mengimplementasikan solusi baru (novel solution),
permasalahan social (social problem) yang ada di masyarakat dan menciptakan
solusi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (social need).
Kampung adat Cipta gelar merupakan konsep kewirausahaan sosial yang
semakin dimintai oleh masyarakat modern saat ini.Kewirausahaan sosial adalah tentang bagaimana
menerapkan pendekatan yang praktis, inovatif, dan berkelanjutan untuk
memberikan dampak positif pada masyarakat, khususnya masyarakat kelas ekonomi
bawah dan yang terpinggirkan. Kewirausahaan sosial biasanya bertujuan untuk
mengatasi masalah-masalah ekonomi atau sosial. Melihat kemandian pangan
masyarakat Cipta Gelar menjadi solusi terbaik, terkuat dan terkini atas krisis
pangan di berbagai negeri termasuk Indonesia kedepan.
METHODS
Metode
penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, maksudnya tujuan untuk
menjelaskan suatu fenomena dengan mendalam dan dilakukan dengan mengumpulkan
data sedalam-dalamnya. Metode kualitatif lebih
mengutamakan pengamatan fenomena dan lebih meneliti ke subtansi makna dari
fenomena tersebut.
Penelitian
kualitatif menggunakan analisis data secara induktif. Analisis data induktif
digunakan karena beberapa alasan, yaitu pertama, lebih dapat menemukan
kenyataankenyataan ganda; kedua, membuat hubungan peneliti - responden menjadi
eksplisit dan akontabel; ketiga, lebih dapat menguraikan latar secara penuh dan
dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada
suatu latar lainnya; keempat, lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan ; dan terakhir, dapat memperhitungkan nilai-nilai
secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik
RESULT AND DISCUSSION
Konsep kewirausahaan sosial bertujuan untuk
menciptakan dampak sebagai berikut (Jain, 2012): 1. Penciptaan nilai social dan
ekonomi 2. Pekerjaan 3. Inovasi / barang baru dan jasa 4. Modal social 5.
Promosi ekuitas Kewirausahaan sosial bekerja dengan mendefinisikan masalah
sosial tertentu dan kemudian mengatur, membuat dan mengelola usaha sosial untuk
mencapai perubahan yang diinginkan. Pengelolaan terebut dicapai dengan
memadukan kegiatan social dan berorientasi laba, mencapai swasembada,
mengurangi ketergantungan pada sumbangan dan dana pemerintah, dan meningkatkan
potensi memperluas pengiriman nilai social yang diusulkan.
Kewirausahaan soial bertujuan untuk
memberikan nilai sosial dengan financial mandiri (Saifan, 2012). Kewirauahaan
sosial disebut juga sebagai innovator atau agen perubahan dalam perekonomian.
Kewirausahaan sosial adalah konsep dimana pengusaha menyesuaikan kegiatan
mereka dengan tujuan menciptakan nilai social. Seorang penguaha social
menggabungkan gairah dari misi social dengan gambar disiplin bisnis seperti
inovasi dan tekad (Dees, 2001).
Terdapat empat faktor yang membuat konsep
kewirausahaan social berbeda dengan konsep kewirausahaan secara umum (Saifan,
2012):
1. Dorongan Misi: segala bentuk kegiatan dan
keputusan yang dilakukan berdaarkan misi melayani nilai social
2. Melakukan tindakan kewirausahaan melalui
kombinasi karakteristik yang membedakan mereka dari pengusaha lainnya
3. Tindakan
dan kegiatan dalam organisasi berorientasi kewirausahaan dengan melakukan
inovasi dan keterbukaan
4. Organisasi mandiri secara financial. Memiliki
strategi dan perencanaan untuk menghasilkan pendapatan. Pelaku Kewirausahaan
Sosial Wirausaha social adalah individu atau kelompok yang menciptakan
perubahan bagi masyarakat dengan menangkap peluang yang hilang dan memperbaiki
system melalui pendekatan-pendekatan baru dan menciptakan solusi untuk mengubah
masyarakat menjadi lebih baik.
Kewirausahaan sosial ditakdirkan untuk menjamah
masyarakat yang tidak dijamah oleh kebijakan yang ada. Delapan asumi dasar
tentang sumber, tujuan, dan strategi wirausaha social (Noruzi, 2010):
1. Wirausaha social tidak harus
menjadi individu, mereka juga bisa menjadi kelompok-kelompok kecil atau tim
individu, organisasi, jaringan bahkan komunitas yang bersatu untuk menciptakan
perubahan.
2. Wirausaha sosial membuat perubahan dalam
skala besar dan berkelanjutan.
3. Kewirausahaan social dapat
melibatkan ide, menggunakan pola atau tren yang terjadi di masyarakat untuk
mengatasi masalah social dengan dengan signifikan
4. Pengusaha sosial berada di dalaman diantara semua
sector
5. Wirausaha sosial tidak perlu
terlibat dalam usaha sosial atau menggunakan alat berbasis pasar untuk menjadi
sukses.
6. Jumlah kewirausahaan sosial
dapat sangat bervariasi di seluruh individu dan entitas.
7. Intensitas kewirausahaan
sosial dapat membawa perubahan dan tidak pasang urut dari waktu ke waktu.
8. Wirausaha sosial kadang-kadang gagal,
meskipun pada tingkat yang belum atau akan ditentukan
Ciri Khas Kampung Adat
Ciptagelar dalam kemandirian wirausaha diantaranya adalah :
1.
Ketahanan Pangan Yang Kuat
Kampung Adat Ciptagelar sangat terkenal sebagai masyarakat yang mempunyai sistem ketahanan yang sangat kuat, khususnya padi, dan beras. Padi di Kampung Adat Ciptagelar berbeda dengan jenis padi lainnya. Masa tanam ke masa panennya juga satu tahun jaraknya. Serta memiliki perhitungan tersendiri, yang mengacu kepada bintang.Perlu diketahui bahwa masyarakat di Kampung Adat Ciptagelar tidak pernah mengalami gagal panen. Mereka mampu berharmoni, dan melestarikan alam dengan baik. Bahkan, stok beras di lumbung, atau leuit di Kampung Adat Ciptagelar sangat berlimpah, bisa untuk beberapa tahun ke depan.
2.
Sistem teknologi sendiri
Ciri khas dari Kampung Adat Ciptagelar selanjutnya adalah tidak sepenuhnya anti teknologi. Bahkan, Kampung Adat Ciptagelar memiliki sistem teknologi sendiri.Hal tersebut terbukti dengan sumber listrik yang dihasilkan dari turbin, dan sungai yang ada di kawasan tersebut. Ditambah lagi, Kampung Adat Ciptagelar memiliki saluran TV sendiri, serta saluran radio tersendiri.
3.
Arsitek bangunan dan budaya
Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Adat Ciptagelar sangat khas. Mencerminkan arsitektur rumah masyarakat sunda jaman dahulu, berikut dengan bahan-bahannya.Begitupun dengan budayanya. Kampung Adat Ciptagelar memiliki tradisi, serta sistem pemeritahan yang masih tetap terjaga dari jaman dahulu, hingga saat ini. Secara pribadi, penulis selalu kagum akan kehidupan masyarakat adat dimanapun lokasinya. Karena, mereka mampu mempertahankan jatidiri, serta masih merawat tradisi para leluhur, meskipun jaman sudah sangat modern.
CONCLUSIONS
Gregory Does (2001) mengungkapkan bahwa seorang
wirausahawan sosial harus berperan sebagai agen perubahan. Sebagai agen
perubahan wirausaha sosial harus memiliki beberapa kriteria berikut: 1.
Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai social (bukan hanya
nilai pribadi) 2. Mengenali dan terus-meneru mengejar peluang baru untuk
melayani misi tersebut 3. Terlibat dalam proses inovasi yang berkelanjutan,
adaptasi, dan pembelajaran. 4. Bertindak dengan berani tanpa dibatasi oleh
sumber daya 5. Menunjukkan akuntanbilitas dan penghargaan yang tinggi kepada
konstituen yang dilayani dan untuk hasil yang diciptakan. Para pemimpin
kewirausahaan social dikenal dengan sebutan social entrepreneur atau
wirausahawan social.
Wirausahawan sosial adalah individu dengan solusi inovatif
untuk menyelesaikan masalah yang paling mendesak di lingkungan masyarakat.
Menurut Bornstein (2004) “Pengusaha social adalah orangorang dengan ide-ide
baru untuk mengatasi masalah utama yang tak kenal lelah dalam mengejar visi mereka,
yang tidak akan menyerah sampai mereka telah menyebar ideide mereka sejauh
mereka bisa.” Komponen-komponen penting dalam kewirausahaan social (Noruzi,
dkk, 2010): 1. Respon untuk kegagalan pasar Wirausahawan social tidak
berorientasi pada permintaan pasar. Pasar tidak bekerja dengan baik untuk
keberlangsungan penguaha social. Karena pasar tidak dapat mentolerir
unsureunsur yang penting bagi kewirausahaan social. 2. Inovasi Transformatif
Kewirausahaan menempatkan inovasi transformative mereka kedalam praktik.
Kewirauahaan social tersebut dapat berupa usaha kecil
masyarakat, koperasi, LSM yang menggunakan strategi bisnisnya untuk
menghasilkan pendapatan dimana usaha yang dilakukan didorong oleh keinginan
mereka untuk membawa perubahan sosial atau lingkungan yang berkelanjutan. 3.
Kesinambungan Keuangan Kesinambungan keuangan disini dimaksudkan sebagai cara
yang digunakan untuk merancang pemasukan kas atau pendapatan organisasi.
Intinya adalah inovai yang dilakukan oleh ebuah organisasi nirlaba dengan mempraktikkan
kewirausahaan sosial atau dengan kata lain bagaimana sebuah organisasi mampu
mengelola kontribusi donor secara efektif, invetasi dalam usaha-usaha sosial yang menghasilkan pendapatan untuk
mempertahankan diri.
Kampung adat Cipta Gelar mampu menjadi inspirasi dari
katagori Kewirausahaan sosial tentang keterlibatan semua pihak untuk saling
menjaga, memiliki dan mendukung satu dengan yang lainya sehingga terus berjalan
selama ini dari waktu ke waktu. Ketulusan jiwa setiap orang menunjukan jati
diri Cipta gelar yang layak dijadikan sebagai penguat ketahanan pangan bahwa
Indonesia mampu menjadi negara yang memiliki sumber pangan yang layak dengan
inspirasi dari Cipta gelar.
REFERENCE
Alvarez-Meaza, I., Zarrabeitia-Bilbao, E., Rio-Belver, R. M., & Garechana-Anacabe, G. (2020). Fuel-cell electric vehicles: Plotting
a scientific and technological knowledge
map. Sustainability (Switzerland), 12(6).
https://doi.org/10.3390/su12062334
Yayan Bagus Prabowo & Sudrajat. Kasepuhan Ciptagelar: Pertanian Sebagai Simbol Budaya & Keselarasan Alam. Jurnal Adat dan Budaya, Vol 3, No 1 Tahun 2021 https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JABI/index
Dr.
Ayatullah Humaeni, M.A & Dr. Helmy F.B Ulumi, M.Hum (2018). Budaya
Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi Jawa Barat. Penerbit :
Laboratorium Bantenologi.
Wikipedia. Kampung
Adat Ciptagelar. https://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Ciptagelar
Herman (2022). Wow!
Kasepuhan Ciptagelar Punya Stok Padi hingga 6 Tahun. https://investor.id/business/278319/wow-kasepuhan-ciptagelar-punya-stok-padi-hingga-6-tahun
Ditwdb
(2019). Kasepuhan Ciptagelar: Setia Mempertahankan
Budaya Tanam Padi. https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/kasepuhan-ciptagelar-setia-mempertahankan-budaya-tanam-padi/
Muhammad Aditya (2023). Kampung Adat Ciptagelar, Sukabumi: Keunikan Budaya yang
Megah di Jawa Barat. https://inisumedang.com/kampung-adat-ciptagelar-sukabumi-keunikan-budaya-yang-megah-di-jawa-barat/
Widhoroso (2023). Tim Universitas Pakuan Kunjungi
Kasepuhan Ciptagelar. https://mediaindonesia.com/humaniora/638577/tim-universitas-pakuan-kunjungi-kasepuhan-ciptagelar
Yusuf, N. Q. (2013).
The 7 Awareness. Gramedia
Pustaka Utama.
Yusuf, N. Q. (2009).
The 7 awareness: 7 kesadaran tentang
Keajaiban Hati dan Jiwa Menuju Manusia
di Atas Rata-Rata. PT Gramedia Pustaka
Utama.
Yusuf, N. Q.
(2013). One Minute Awareness.
Gramedia Pustaka Utama. Yusuf, N. Q. (2008). The Heart of Awareness. Hikmah.
Yusuf, N. Q. (2009).
Jejak-Jejak Makna Basrizal
Koto. Gramedia Pustaka
Utama.