BAGIAN AWAL
Ini bukan hanya sekedar cerita, tapi perjalanan panjang yang melibatkan fisik , mental , keuangan dan spiritual, bukan kebetulan mengapa teman-teman Doktoral memilih Pengabdian Masyarakat di Cipta Gelar Sukabumi Jawa Barat. Memiliki teman-teman yang kompak dan satu mimpi lulus Doktoral 2 tahun lebih sedikit adalah hal istimewa, memiliki latar belakang yang berbeda-beda.
Di Ilmu Manajemen sendiri kami dibagi 2 kelas, namanya R1 dan R2, mereka semuanya teman yang istimewa. Saya sendiri lebih kenal dekat dengan R2 karena kuliah bersama setiap minggu dengan mereka, seperti dr. Ismet, beliau sangat hebat tiap minggu berjuang pulang pergi dari RSI Pati menuju Bintaro untuk kuliah Doktoralnya, sama dengan beliau adalah Ibu Hella, perempuan yang menjadi konsultan RS ini memiliki semangat belajar yang tinggi, selain bekerja memilih sebagai dosen adalah pilihan hidupnya.
Ada banyak Dosen hebat seperti Pak Windi, yang selain dosen juga seorang konsultan sipil pembangunan yang karya desain interiornya sudah teruji bagus, Ibu Ida juga Dosen bahkan dirinya adalah Dekan di sebuah kampus ternama bersama Ibu Lia yang juga dosen yang merupakan pakar Teknologi Informasi, Dosen lainya adalah Pak Nono yang berjuang dari Pandeglang Banten untuk memperbesar kampusnya disana, sementara Wirausaha juga tidak kalah penting seperti Pak Priyo dan Pak Isbat, keduanya sama-sama tinggal di Kota Bogor.
Pak Priyo sendiri adalah E0 event yang sukses di bidangnya sementara Pak Isbat adalah konsultan yang memiliki lembaga sertifikasi ISO dibidang perkayuan dan perhutanan, uniknya mimpi beliau kuliah adalah karena iseng di rumah, namun nyatannya dialah orang yang paling rajin dan sungguh-sungguh dalam belajar, terbukti dosen memberikan tugas malam hari, esok harinya sudah selesai, keren khan. Sementara Pak Henry Lasut dari Makksar, beliau sendiri adalah HRD di perusahaan tepung ternama di Indonesia. Sementara saya sendiri memilih kuliah lagi karena alasan yang saya sebut "One Minute Awareness", sebuah momentum yang membuat saya hanya ada satu alasan yaitu TIDAK ADA ALASAN (Baca buku One Minute Awareness versi Gramedia, 2009).
Sementara teman dari R1 ada banyak teman-teman dosen dan pengusaha seperti 1. Herlin Widasiwi Mba Ramon Hurdawaty, mba Wiwik Widiyanti, Mba Isnurrini H. Susilowati, Mas Daryono, Pak Endi Suyatno, Mas Wachid Hasyim, Mba Enok Tuti Alawiah, pak Mohamad Ramdan, Mas Yandi Asmana, Mas Hammad. Kedua kelompok Ilmu Manajemen sepakat mengatur jadual keberangkatan sampai jadual kepulangan. Dua dosen istimewa yang hebatpun ikut yaitu Dr.Hari Muharram dan Dr. Agus Setyo Pranowo, kedunaya adalah pengusaha sukses yang menjadi dosen, artinya ilmu tentang kewirausahaan telah dijalani sebagai jalan kehidupan keduanya sehingga mengajar adalah bagian dari aktualisasi diri (Maslow).
Kampung adat Cipta Gelar adalah tujuan utama Pengabdian Masyarakat Ilmu Manajemen Doktoral Universitas Pakuwan Bogor, nama kampung adat CiptaGelar sendiri berada di Wilayah Kampung Suka Mulia,Desa Sinar resmi Kec Cisolok Kab Sukabumi, rumah adat khas orang sunda zaman dahulu adalah ciri dari Kampung adat Cipta Gelar, adapun istilah Kesepuhan adalah panggilan penduduk dari kampung adat Cipta Gelar. Kata Kesepuhandiambil dari kata sepuh yang artinya tempat tinggal seseorang sesepuh.
SEJARAH KAMPUNG ADAT CIPTA GELAR
Dalam buku No Box Leadership (2023), diantara 4 kemampuan penting bagi mahasiswa adalah Wisdom - Intellegency- Creativity dan Synhesis. Bagian penting dari kepemimpinan era post Covid 21 adalah Wisdom Leadership, Sharma (2017) dan Covey ( 2010) sepakat bahwa kearifan seseorang yang akan menjadi pemimpin dibentuk oleh dua faktor, hal ini disepakati oleh Naqoy (2023) dalam jurnalnya 'Wisdom Leadership" yang menuangkan bahwa kedua pondasi yaitu (1). Pengalaman hidup dan (2). Ilmu Pengetahuan, ketika perkawinan ini terjadi dalam diri seseorang maka akan menemukan pencerahan diri, sejalan dengan kutipan Lao-Tzu
"Seseorang yang telah mengenali orang lain maka dirinya menemukan kearifan dan seseorang yang telah menemukan dirinya maka dia telah menemukan pencerahan". Dalam Islam sesuai dengan Hadits Nabi "Man Arofa Nafsahu Faqod Arofa Robbahu" yang artinya Barang siapa mengenal dirinya maka akan mengenal Tuhanya.
Bicara tentang sejarah adat kampung Cipta Gelar maka tidak bisa lepas dari Cerita Prabu Siliwangi, ketika Sang Prabu Ingin Moksa dan memerintahkan prajutritnya untuk membentuk tiga kelompok, para prajurit Sang Prabu kemudian membuat tiga desa yang saling keterkaitan satu dengan yang lainya. Salah satunya adalah kampung Gede yang sering berpindah-pindah menghindari penjajah Belanda dan Jepang. Masyarakat Kasepuhan Ciptagelar merupakan masyarakat adat yang masih mempertahankan budaya leluhur yang menjadi pegangan kehidupan. Menurutnya, nenek moyang adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan lebih atau melebihi kemampuan manusia umumnya yang dianggap sebagai keturunan dari kerajaan Sunda Pajajaran. Sistem keagamaan Kampung Ciptagelar adalah Islam, namun memiliki unsur kepercayaan asli Sunda Wiwitan yang kuat. Dilihat dari upacara-upacara yang selalu diadakan. Sejak tahun 2001, kampung Ciptarasa yang berasal dari desa Sirnarasa telah melakukan hijrah wangsit ke desa Sirnaresmi yang berjarak dua belas kilometer. Di desa Sirnaresmi, tepatnya di desa Sukamulya, Abah Anom selaku ketua kampung adat menamai kampung Ciptagelar sebagai tempat pindah baru. Ciptagelar memiliki arti terbuka atau pasrah. Pindah dari Kampung Ciptarasa ke Kampung Ciptagelar karena perintah leluhur yang disebut wahyu. Hal itu diturunkan untuk diterima atau disebarkan oleh Abah Anom melalui proses ritual yang mau tidak mau harus dilaksanakan.
Dari foto-foto yang ditampilkan di ruangan Abah, saya dapat melihat sebuah proses kehidupan yang panjang telah dilewati disini, menjaga tradisi (budaya) yang penuh pesan kearifan bagi umat manusia secara utuh baik skala Indonesia ataupun dunia. Daur hidup padi dari awal penanaman hingga panen pada masyarakat Ciptagelar memiliki rangkaian aturan adat dan upacara yang harus dilakukan, di antaranya: (1). Ngaseuk, (2). Sapang Jadian Par, (3). Par nyiramo dan mapag par beukah, (4). Sawenan, (5). Mipit par, (6). Nganyaran atau ngabukti. (7). Ponggokan,dan yang puncak adalah Seren Taun, upacara ini merupakan puncak dari aktivitas masyarakat Ciptagelar. Biasanya selalu diadakan setiap tahun karena tradisi nenek moyang untuk mengormati dewi padi atau yang terkenal dengan nama Nyi Pohaci atau Dewi Sri. Sebenarnya buat saya sendiri yang lahir di pantura yaitu Cirebon banyak hal yang mirip atau sama, hanya saja perbedaanya adalah masyarakat adat Cipta Gelar mampu merawat budaya dengan kesunguhan hatinya yang sudah menjadi jalan hidup dari nenek moyangnya yaitu para prajurit Prabu Siliwangi, sementara masyarakat umum budaya-budaya sunda yang ada telah hilang oleh kemodernan zaman dari waktu-ke waktu.
BAGIAN AKHIR
Perjalanan akhir akhirnya harus dituntaskan, tepat jam 15.00 sore setelah dijamu makan oleh pihak Kasepuhan di kediaman Abah Ugi para mahasiswa dan dosen Doktoral Ilmu Manajemen pamit meninggalkan Desa Adat Cipta Gelar, memasuki mobil L300 yang ditutup terpal biru adalah bagian yang tidak terpisahkan dari momen ini, jujurnya bagi kami atau sebagian kami ini adalah hal baru yang menantang, melelahkan namun menyenangkan. Berhimpitan dengan teman-teman dan memahami satu dengan yang lain, menghidupkan empati, simpati dan berkolaborasi dalam kesempitan adalah bagian penting dari kecerdasan emosi itu sendiri, seperti halnya disampaikan oleh Dosen Doktoral UNPAK Dr.Hari Muharram dan Dr. Agus Setyo Pranowo yang menekankan pentingnya kita belajar dari orang lain dan alam ini, jiwa kewirausahaan dilatih untuk bisa membaca tanda-tanda alam dan lingkungan yang ada, tentu saja kami diminta melakukan 3 T , mengambil istilah The7Awareness (2010) yaitu Tafakkur, memerung kedalam diri dalam melakukan evaluasi, lalu T kedua adalah Tadabbur, membuka diri dengan kemajuan orang lain dan Tasyakkur, merayakan kehidupan dengan rasa syukur dan antusiasme