Dalam buku The7Awareness dituliskan bahwa "Umur membuat tubuh keriput dan mudah menyerah membuat jiwa keriput", aturan ini berlaku secara umum, semakin bertambah usia seseorang akan semakin tampak wajah keriputnya, mungkin kita pernah melihat aaktor 10 tahun lalu dan sekarang sudah tampak perubahan nyata di wajahnya. Seseorang yang sudah keriput, akan sulit untuk dikencangkan kembali walau dengan melakukan operasi yang mahal, apalagi ketika jiwa sudah keriput, yang terlihat saja (wajah keriput) sulit apalagi jiwa.
Dalam buku 21 days to be Transhuman, dijelaskan ada 3 penyebab membuat jiwa keriput :
1. Mudah mengeluh, jika sudah menjadi kebiasaan dalam keluhan maka sekecil apapun persoalan akan tetap mengeluh.Setiap kita mengeluh hanya akan merapuhkan jiwa yang awalnya kuat dan hebat. Ketika jiwa menjadi rapuh semuanya akan mudah hancur, karena jiwa ini bagaikan pondasi dari sebuah bangunan. Uniknya dalam pikiran ini setiap mengeluh pikiran semakin terkunci dan tertutup sehingga dirasakan semakin sulit jalan hidup menuju perubahan. Coba perhatikan teori ini, jika kita pernah ke sebuah tebing dan teriak beberapa kata seperti saya malas, maka yang kita akan dengar justru pantulan kata-kata malas berkali-kali. Sebaliknya ketika kita teriak "saya sehat" serupa akan memantulkan kata-kata sehat sehat dan sehat. Dalam kehidupan ini menunjukan pentingnya menjaga ucapan ini karena hanya akan merapuhkan jiwa sendiri.
2. Jauh dari rasa syukur, hal ini akan berdampak kepada kurang bisa menikmati hidup dalam setiap keadaan, seseorang yang sulit menikmati hidupnya akan mengalami banyak derita yang bahkan tidak disukainya. Setiap derita ini akan semakin besar dan menyakitkan, karena selalu saja menemukan kekurangan dibandingkan kelebihan. Bagaikan seorang musafir yang berjalan di padang pasir dan kehausan untuk minum, tidak menemukan air sama sekali, maka banyak musafir yang mati oleh pikiranya sendiri. Hal ini juga bisa terjadi dalam kenyataan hidup, ketika banyak orang yang mati karena pikiranya sendiri, semakin jauh dari rasa syukur akan terasa semuanya yang dilihat tidaklah indah.
3. Belum menemukan makna dalam pekerjaan. Setiap orang yang gagal menemukan makna hidup hanya akan menemukan kegagalan dalam fokus, pekerjaan ringan dan kecilpun selalu dikeluhkan, pekerjaan bukan ajang untuk ibadah, baginya pekerjaan adalah beban dan melelahkan. Berbeda dengan mereka yang telah menemukan makna dalam setiap pekerjaanya, akan membuat hidup sangat indah. Hal ini sangat penting dalam melatih kita bahagia, karena seseorang yang sudah menemukan makna hidup dan pekerjaan akan menjadikan pekerjaan adalah ibadah sehingga menjunjung kejujuran dan kerja keras. Memuliakan pelanggan adalah bagian dari ibadah yang ditunjukan dalam pekerjaan, integritas adalah harga mati, karena pekerjaan bukan hanya sebatas transaksional namun juga bagian dari rasa syukur kepada Tuhan.
Situasi pandemi ini adalah saat yang tepat untuk memberikan nutrisi jiwa dengan bersyukur, sehingga akan tampak hal-hal yang mudah dan baik, walau ada persoalan namun selalu ada jalan keluar, optimisme bagian yang tidak bisa dipisahkan, karena optimisme merupakan DNA bagi mereka yang bersyukur. Orang-orang suskes di dunia memiliki rahasia syukur yang kuat , sehingga dalam situasi apapun selalu pandai melihat peluang dan kesempatan menjadi lebih baik. Orang-orang hebat selalu menjadikan tekanan sebagai jalan mendekati Tuhanya sehingga dijalani setiap kesulitan dengan kesabaran dan ketekunan. Dirinya percaya bahwa setiap masalah membuatnya menjadi lebih baik di masa depan walau tidak langsung dirasakan saat itu juga. Masa depan milik mereka yang menanamkan rasa syukur dalam hatinya pada saat situasi semuanya buruk, sehingga hanya masalah waktu saja semuanya menjadi seperti yang diinginkan.