Bicara tentang
Hari Raya Qurban maka kita tidak bisa lepas dari 2 central tokoh manusia hebat
yaitu Nabi Adam As dan Nabi Ibrahim As, karena keduanya merupakan peletak
kehidupan sosial agama pada peradaban manusia secara umum , Nabi Adam As adalah
manusia yang penuh disayang oleh Allah SWT, bahkan semua permintaan diirinya
selalu dikabulkan, seperti permintaan memiliki pasangan yang baik dan cantik
yang merupakan isyrinya "Hawa", namun
karena kelemahan dirinya Nabi Adam As akhirnya melanggar apa yang selama ini
dilarang, ketika melanggar larangan Allah SWT tentu yang ada ada
penyesalan tiada henti, kehidupan yang serba nikmat dan nyaman di syurga
berbanding terbalik dengan kehidupan di Bumi yang gersang. Kerinduanya kepada
Syurga membuat Nabi Adam As memohon ampun kepada Allah dengan ketulusan dan
kesungguhnya, selama ratusan tahun air matanya tidak berarti sama sekali di
hadapan Allah, bahkan istrinya sama sekali tidak bisa ditemukan seperti ditelan
oleh bumi.
Penyesalan
dan penyesalan adalah yang dialami oleh Nabi Adam As, doa penyesalan Nabi Adam
As dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut :"Rabbanaa dzolamnaa anfusanaa wa
inlamtaghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuu nanna minalkhosiriin" Artinya
:"Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk
orang-orang yang merugi." (QS. Al-A'raf 23). Pencarian Nabi Adam
akhirnya membuahkan hasil ketika memasuki kawasan kota Mekkah, dirinya seperti
membaca lafadz "Ahmad",
"Muhammad", dan akhirnya pintu langitpun dibuka oleh
Allah lalu kemudian pertemuan dirinya dengan Hawa diabadikan dalam momentum
gunung yang disebut gunung Cinta (Jabal Rahmah).
Melihat
perustiwa Nabi Adam As bisa menjadi refleksi bagi kita sendiri bahwa manusia
juga serupa, awalnya hidup penuh dengan kebahagiaan (Paradiso), namun
karena manUsia lengah dan lupa serta gagal fokus sehingga melanggar yang
dilarang membuat manusia terjatuh ke alam penderitaan (inferno), pada saat
sulit dan menderita lalu manusia ingin kembali meraih kebahagiaan yang dulu
dirinya tinggalkan, dalam proses pencarian kembali kebahagiaanya manusia
diberikan momentum perubahan jiwa yang disebut "tazkiyatu nafs"-
purgatorio, sebuah proses kesadaran penuh dalam diri manusia bahwa dirinya
adalah menyesali semuanya dan bertekad untuk kembali menjadi hamba Allah
yang penuh kasih. Dalam Islam sendiri salah satu sesi penyucian jiwa yang
dilatih khusus dan dibentuk langsung oleh Allah adalah puasa
Ramadan. Bahkan karena specialnya ibadah puasa disiapkan syurga
yang hanya khusus mereka yang ahli berpuasa 'Arroyan". Dari
hal ini kita bisa melihat bahwa manusia yang membuat dirinya menggali
penderitaan, diberikan kecerdasan yang beragam untuk manusia agar dirinya bisa
membedakan mana yang baik dan manakah yang salah dan memiliki keteguhan
terhadap pilihan yang benar tersebut (istiqomah).
Nabi
Ibrahim As adalah tokoh central dalam hal hari raya Qurban ini, bahkan
diriwayatkan bahwa Nabi Ibrahim tidak pernah makan sendiri selalu mengajak
orang untuk makan bersama, jiwa sosialnya sangat tinggi, Nabi Ibrahim bahkan
sempat mengatakan bahwa "bukan hanya makanan saja,
seandainya nanti dirinya memiliki putra dan diminta oleh Tuhanya tentu dia siap
memberikanya", Nabi Ibrahim sudah menunjukan ciri-ciri
kenabianya bahkan ketika masih remaja, tepatnya ketika dirinya ditangkap oleh
Raja karena menjadikan Patung besar seolah-olah menghancurkan patung-patung
kecil. Karena perbuatanya akhirnya disepakati bahwa perbuatanya harus diberikan
hukuman berupa "pembakaran". Ketika mendengar Nabi Ibrahim akan
dibakar banyak yang menawarkan bantuan termasuk adalah Malaikat, namun Nabi
Ibrahim tetap mengatakan bahwa hanya Allah saja penolong yang diirnya nantikan.
Dirinya memiliki istiqomah dalam meletakan harapan hanya kepada Tuhanya saja,
sehingga akhirnya dalam Al-Quran turun ayat berbunyi " Kami (Allah) berfirman,
“Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!” Al-Anbiya
:69.
Hal
ini menunjukan kepada kita semua bahwa setiap masalah yang datang kepada
manusia selalu ada solusi yang disiapkan dengan syarat manusia tersebut
menggantungkan segala upaya dan ikhtarnya kepada Allah bukan kepada selain
Allah. Dalam hal ini adalah pandemi Covid 19 yang sudah berjalan 2 tahun sejak
tahun 2020 lalu, peristiwa ini kita jadikan sebagai momentum memperkuat iman
kita kepada Allah sehingga menjadi hamba-hamba Allah yang "Muqorribin", sangat
dekat dengan Allah. Karena ingin dekat dengan Allah maka layaknya manusia
memenuhi perintah Allah dan berhenti melanggarnya sehingga tidak mudah putus
asa dan sakit hati, manusia yang memiliki keyakinan dan semuanya karena Allah
selalu dipermudah dalam perjalanan hakikinya. Karena keikhlasan yang
dimilikinya bukan lagi hanya sebatas ucapan namun sampai dalam tatanan
aplikasi, hal inilah yang juga dicontohkan Nabi Ibrahim ketika harus
meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir yang gersang dan dirinya
meninggalkan keluarganya disana. Ketika istrinya menatap suaminya (Ibrahim As)
dan bertanya "apakah ini perintah Tuhanmu?" lalu
Ibrahim menganggukan kepala tanda "iya benar". Istrinya percaya bahwa
tidak mungkin Allah membawanya ditempat yang gelap, gersang dan belum ada
kehidupan ini kalau tidak ada maksud besar untuk manusia kedepanya, akhirnya
peristiwa pencarian air dari sofa ke bukit Marwah sebanyak 7 kali membuat
kita mengenalnya dengan istilah 'sai", lari-lari kecil dari Bukit Sofa ke
Bukit Marwah.
Peristiwa
ini memberikan teladan kepada kita bahwa proses seseorang dalam meraih sukses
tentu saja tidaklah mudah, berliku dan menukik, bahkan terkadang harus menerima
kegagalan berkali-kali, namun setiap kegagalan bukan justru menjatuhkan manusia
namun sebaliknya mengangkat manusia ,karena ada satu hal yang tidak disukai
oleh Iblis dari manusia yaitu kesabaran, ketekunan, disinilah manusia memiliki
kekuatan hebat tersebut. Kesabaran dan ketekunan adalah modal meraih sukses
bagi siapa saja, dalam pelatihan 21 days to be transhuman, tahapan pertama
adalah belajar istiqomah dalam
21 hari pertama dan kemudian diulang kembali sampai 3 x, hal ini akan membentuk
kekuatan pikiran positif dan perasaan baik sehingga melahirkan tindakan yang
kuat menuju sukses. Setiap jalan sukses selalu dekat dengan pengorbanan,
dan sesungguhnya tidak ada yang sia-sia dalam pengorbanan kita, karena manusia
yang berQurban di Idul Adha ini menunjukan kualitas dirinya sebagai manusia
yang pandi bersyukur dan memiliki kecerdasan sosial sehingga hidupnya
bermanfaat untuk sesama manusia. (NAQOY, Penulis dan Motivator pemecah
Rekor MURI 18.000 peserta di Istora Senayan).