|
MEnjadi orang tua
saja kita punya tiga pilihan yaitu dibawah rata-rata, kedua orang tua rata-rata
dan ketiga adalah orang tua diatas rata-rata. Semua pilihan tersebut seringkali
tidak kita sadari dari awal, seandainya saja anak-anak muda, remaja dan dewasa
mulai menyadari bahwa jalan hidup kedepan yang tidak bisa dihindari adalah
menikah dan memiliki anak maka pertanyaan besarnya adalah pilihan yang manakah
diantara ketiga hal tersebut yang akan diambil?.
Orang tua dibawah rata-rata
Siapa sebenarnya yang termasuk
katagori dibawah rata-rata bagi orang tua, dalam level paling banyak ini orang
tua dibawah rata-rata adalah orang biasa namun hatinya juga memiliki sifat
biasa, bahkan cenderung buruk sehingga selalu menimbulkan masalah untuk dirinya
dan sekitarnya, termasuk anak-anak dan keluarga, pandai membuat alasan dan
mudah menyalahkan anak serta lingkungan adalah bagian dari tipenya serta
menimbulkan kecemasan dan ketegangan di dalam rumah. Trauma-trauma dirinya
justru diulangi lagi kepada anak-anaknya sehingga yang ditanamkan dalam
kehidupan nyata adalah ketakutan dan kecemasan setiap waktu, tidak mudah
memaafkan kesalahan anak adalah karakter kuat baginya, dendam kecil bahkan
dendam besar disimpanya untuk dijadikan balasan dikemudian hari, walau sebagai
orang tua namun sifatnya adalah suka mengungkit kebaikan kepada anak-anaknya ,
kalimat-kalimat seperti ini mudah dengan tanpa salah diungkapkan kepada
anak-anaknya :
“kamu ini harus nurut sama mamah, mau a atau b atau c yah terserah mamah, waktu kecil kamu tidak bisa apa-apa siapa yang membuat kamu bisa hidup seperti ini”
“kamu ini anak
kurang ajar yah, sudah papah banting tulang buat kamu pas sudah besar malah
melawan papah, dasar kurang ajar”
“Mamah cape sama
kamu, cape banget, bosen mamah sama kamu”
“Kalau kamu ga
negrtiin mamah, kamu harus ganti semua biaya yang mamah keluarkan sejak kecil
sampai kamu bisa bekerja”
Orang tua dibawah
rata-rata selalu fokus kepada masa lalu, baik masa lalu susah maupun sebaliknya
masa lalu yang mengembirakan. Kedua kondisi tersebut sama-sama tidak
menguntungkan bagi sang anak, ketika fokus kepada masa lalu yang buruk, susah
maka akan menyalahkan anaknya mengapa menjadi anak yang malas padahal hidup
kita dalam keadaan susah, sementara ketika fokus kepada masa lalu yang berhasil
dan keadaan sekarang tidak seperti yang diharapkan akan menjadi alasan untuk menyalahkan
anak-anaknya juga. Jika anda adalah orang tua yang hanya fokus kepada masa lalu
anda sendiri maka anda tidak akan bisa atau sulit masuk ke dalam suasana
kebetinan anak anda zaman sekarang, bahkan yang terjadi akhirnya berupaya
memaksakan kehendak sendiri kepada anak-anak dengan alasan ketaaan dan
kepatuhan sang anak kepada orang tua.
Orang tua dibawah
rata-rata memiliki sikap dan prinsip bahwa tidak ada orang tua yang salah, jika
orang tua yang salah itu artinya anak tidak bisa memahami keadaan orang tuanya,
orang tua bagaikan Dewa yang tidak pantas meminta maaf kepada anak jika salah,
justru dengan “ego” nya bertahan dan menekan anak-anaknya tanpa merasa bersalah sama sekali,
meminta maaf baginya adalah hal yang mustahil kepada anak, dimatanya ini adalah
warisan dari orang tuanya dan kekek neneknya yang tetap dia jaga. Selain itu
juga sikap kurang mendegarkan anaknya ketika bicara adalah sebuah karakter
mencolok yang dimilikinya sehingga di dalam rumah, satu-satunya yang pantas
didengarkan adalah dirinya saja. Tidak ada ruang pendapat atau usulan apalagi ‘intrupsi”
dalam ruang makan atau ruang keluarga apalagi ruang meeting keluarga, hidup
tanpa seni yang indah, hanya lurus dan lurus saja dengan aturan yang kaku,
tertawa adalah hal yang jarang tampak darinya namun kelelahan, marah, emosi
justru adalah hal yang sering ditampakan sehari-hari dihadapan anak-anaknya. Orang
tua dibawah rata-rata juga sering menjadi “vampire emosi” bagi
yang lainya, kalau sehari tidak marah justru perasaan dirinya ada yang kurang,
ketika marah justru dirinya semakin bersemangat dan merasa penuh antusias.
Baginya anak adalah obyek sementara dirinya adalah Subyek, obyek bisa dijadikan
apa saja olehnya,bahkan yang sangat ironis adalah dirinya sama sekali tidak
menyadari bahwa kelak ketika wafat akan ditanya “bagaimana dirinya mendidik
anak-anaknya?”. Baginya hidup adalah yang terpenting hanya hari ini, adapun
esok adalah hal yang belum pasti sama sekali dan tidak harus dipikirkan saat
ini.
Orang tua
rata-rata
Siapa sih orang
tua rata-rata
? jawabnya adalah orang biasa seperti kita namun hatinya kadang baik dan kadang
buruk, selalu berubah-ubah karakternya adalah dirinya, kadang menyadari peranya
sebagai orang tua namun kadang lupa peranya sebagai orang tua, kadang semangat
dan bisa memotivasi orang anaknya namun sisi lainya kadang bisa marah terlihat
sangat marah dan menakutkan bagi anak-anaknya,terkadang berhasil mengenal
dirinya dan terkadang sama sekali lupa siapa hakikat dirinya.
Anak-anak juga sering
ikut bingung dengan sikap dan respon orang tua, karena setiap hari “mood”nya
bisa berubah-rubah, pagi bisa semangat dan siang hari bisa berubah menjadi
malas, dalam hal fokus juga sering terbolak balik, ketika dirumah bersama anak
namun pikiranya justru tidak bersama anak-anaknya, sementara ketika sedang
bekerja justru selalu teringat anak-anak di rumah. Ketika jauh dengan anak-anak
ada rasa rindu dan ingin jumpa dengan mereka, namun ketika bertemu anak-anaknya
justru sibuk dengan aktivitas diluar keluarga bahkan akhirnya dirinya sibuk
dengan gadget seperti pada umumya anak-anak.
Ketika ingat
kelakuan kasar dan keras kepada anaknya membuat dirinya menangis dan menyesal
serta meminta maaf kepada anak-anaknya, namun kelakukanya terulang kembali kepada
anak-anaknya, hatinya mudah tersentuh dan meminta maaf namun mudah juga
mengulang kesalahan yang sama dalam kesempatan yang lain. Kehidupanya ada dalam
2 keadaan, pertama adalah masa lalu dan kedua adalah hari ini.
Pembahasan dan dialog yang dikatakan seputar masa lalu dan persoalan hari ini,
contohnya adalah ketika anak melakukan kesalahan maka akan dibahas
berulang-ulang walau kejadianya sudah melewati 2 bulan bahkan 5 bulan. Ketika
anaknya mendapatkan nilai atau rangking
buruk maka akan dibahas berulang -ulang, dalam hal informasi juga tidak
ahli dalam menyimpan rahasia, bahkan kebalikanya justru masalah keluarga dan
anak-anaknya di ceritakan kepada orang lain dan tetangga.
Dalam
menyelesaikan masalah biasanya masih membutuhkan orang lain belum percaya diri
tinggi sebagai seorang yang dewasa karena justru akan bertambah masalah jika
diselesikan hanya berdua. Emosinya masih meleadak-ledak tergantung siapa lawan
bicaranya, terkadang bisa pelan dan lembut namun bisa juga keras dan kasar, sementara
dalam hal spiritualisme dirinya sudah bisa memberikan teladan hanya jika ada
motivasi datang, seperti ke masjid jika ada teman yang sama-sama menuju ke
masjid, jika tidak memilih di rumah, atau jika ada anaknya sehingga
bersama-sama dengan anaknya ke masjid.