Suatu saat dalam seminar, ada seseorang yang bertanya "Kalau tahu bagaimana dahsyatnya anak muda seperti anda Mas Naqoy, menulis buku lebih dari 10 buah dan berhasil memecahkan Rekor MURI-nya Pak Andre Wongso, jika pak andre dapat rekor MURI dengan jumlah 13.000 peserta, anda bahkan lebih dari 18.000 peserta, yang membuat kami tertagun adalah latar belakang anda dan ayah anda. apa benar orang tua anda, maaf kalau saya lancang adalah tukang becak mas, pertanyaan terakhir siapakah sebenarnya guru anda dalam perjuangan anda ini?" seorang peserta bertanya kepada saya dalam sebuah seminar. Lalu saya menjawab satu persatu pertanyaan yang sedikit rumit, saya memulai dari pertanyaan pertama tentang apakah benar ayah saya adalah tukang becak di kampung?.
Jawaban saya adalah "benar, nama ayah aya adalah Bapak Supyan, seorang yang menjadi inspirasi dan bahkan One Minute Awareness dalam hidup ini, sepanjang hidupnya dia hadir sebagai seorang laki-laki sejati, ayah sejati bagi saya dan juga adik-adik saya. Saya bahkan sering diajak menginap di sawah ketika masih kecil, sambil ayah bertanya "kamu takut nang" katanya,di gubug hanya ada saya dan ayah, diterangi lampu kecil, lalu saya menjawab 'iya pak, takut", lalu bapak memegang tangan saya dan berkata "jangan takut, ketakutan ini hanya ada di hati ini nak, tenangkanlah dengan zikir kepada Allah semua rasa takutmu akan hilang". Hebatnya setiap takut datang, saya langsung dzikir menyebut nama Allah, di tengah sawah menjaga kedelai yang dipanen memang adalah langkah umum di kampung kami waktu itu, hanya saja anak kecil kebanyakan tinggal di rumah, hanya untuk yang dewasa, namun tidak untuka ayah, setiap malam disetiap panen kedelai selalu mengenggam tangan saya dan berangkat ke sawah. Suatu malam ada kereta berlari cepat menuju ke arah barat (jakarta), diantara gelapnya malam dan terangnya kereta, ayah mengatakan "kelak itulah kehidupan kamu nang, menenarangi sekelilingmu, cepat menuju sukses" katanya.
Menjawab pertanyaan kedua tentang siapa guru saya dalam mengembangkan ilmu The7Awareness, saya menjawab seperti ini. Pada dasarnya guru saya ada beberapa, baik yang langsung maupun tidak langsung, namun semua perjalanan tersebut sangat rapih dan indah dalam satu titik, yaitu masjid, ICNIS dan Paramadina. Ketiga lokasi ini menjadi titik temu dari pembelajaran terbaik saya, pertama adalah masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakart, selama kuliah 4 tahun S1 tepatnya tahun 1998-2002 selama itulah saya menjadi marbot masjid dan penjaga sepatu masjid, di masjid Fathullah itulah saya diajak bergabung oleh Guru saya Prof.DR.H.Nasarudin Umar,MA untuk menjadi staf bagian kebersihan di lembaga tersebut, sebuah lembaga kajian dan kursus intensive tentang psikologi dan keislaman yang diadakan di lantai 2 masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah. Sementara yang ketiga adalah paramadina, lembaga yang menjadi pusat kajian keislaman modern terletak di Pondok Indah ini menjadi rujukan dan pusat pelatihan dan kajian islam, saya sendiri di Paramadina menjadi bagian kecil saja yaitu petugas transkip kaset Almarhum Caknun melalui mentor saya Mas Budhy Munawwar-Rachman.
Kini, perjalanan terus tumbuh dan berubah, selain guru saya tadi Prof. Dr.H.Nasarudin Umar,MA yang sering mengajarkan tentang ketenangan hati dengan dzikir dan tasawufnya, Mas Budhy Munawwar Rachman yang mengajarkan bagaimana menulis buku atau artikel di koran seperti dirinya melakukan, saya belajar banyak bagaimana menulis buku laris dan populer. Selain keduanya adalah mentor atau guru saya yang ketiga adalah Ibu Rani A.Dewi, seorang praktisi pendidikan sekaligus psikologi yang fokus kepada kepada pengembagan diri.
Untuk training bersama Rumah Kesadaran (021) 75872807, 081905666479, 08287475463 email rumahkesadaran@ymail.com