OLEH : NAQOY-NANANG QOSIM YUSUF (Master Trainer The7Awareness, Ketua Alumni FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SIKAP DAN KEBIASAAN, dua hal inilah yang manjadi fokus setelah orang menemukan One Minute Awareness (OMA), istilah saya tentang OMA telah saya tulis khusus dalam buku tebal 450 halaman di Gramedia sejak tahun 2009 lalu. Disinilah letak dari apakah seseorang menemukan One Minute Awareness atau belum. Dari 2 hal penting tadi yaitu Sikap dan kebiasaan. Jika saja keduanya tidak sama sekali berubah maka peristiwa atau tekanan yang menimpa diirinya sama sekali maka ketukan itu hanya sebatas "persepsi", karena dari persepsi baru melangkah menuju informasi, dari informasi menuju pengetahuan dan dari pengetahuan menjadi sebuah kebijaksanaan. Sementara kebijaksanaan lahir justru karena dua hal penting yaitu pengalaman hidup dan kedua adalah ilmu yang didapatkan. Pentingnya sebuah pengalaman hidup seseorang dikuatkan dalam buku The Heart of 7 Awareness bahwa "seseorang yang bisa memahami orang lain dirinya telah menemukan kearifan, sementara seseorang yang telah memahami dirinya sendiri dia menemukan pencerahan".
Persoalan bangsa saat ini bukan kita kekurangan orang-orang pintar, berapa ribu sarjana baik S1 dan seterusnya yang lulus tiap tahun di setiap kampus di Indonesia, kita kekurangan orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap orang lain tentang "sikap-attitude" bisa juga dibaca 'ahlak"dan kebiasaan. Saya ingin contohkan "suatu hari di bis transjakarta ada siswa siswi sedang bercanda namun berlebihan, sepertinya dilanda cinta buta, sambil memeluk dan bercanda sesekali saling menempelkan wajah bersama, penumpang di bis tersebut sebagian cuek dan sebagian menutup wajah tanda malu sendiri, sampai akhirnya mereka turun dan memisahkan diri dengan penumpang lainya tidak ada teguran atau ajakan kepada pasangan muda mudi ini". Contoh diatas menunjukan bahwa kepedulian kita kepada sesama untuk memiliki sikap dan kebiasaan baik tentu saja semakin hari semakin menurun. Kesadaran kita membangun masyarakat yang sadar diri terus menerus tergrogoti menjadi bangsa yang bermasyarakat namun tidak menjadi utuh, kita menjadi masyarakat yang memiliki sekat-sekat besar namun tidak terlihat sehingga sikapdan kebiasaan baik seperti senyum pun mulai jarang ditemukan, cobalah anda naik bis yang padat atau kereta dari bogor ke Jakarta lalu menyapa sebelah anda 'kemana bu, pak sambil tersenyum", uniknya sebelah anda bukan membalas namun justru bergeser berdirinya.
Sikap positif harus selalu dirawat dan diduplikasi terus dari orang tua kepada anak-anak, dari pejabat kepada masyarakat, dari suami kepada anak istri, dari orang-orang sukses kepada mereka yang sedang belajar sukses dan seterusnya. Membangun sikap baik (akhlak) tentu saja dimulai dari keluarga (rumah). Jika orang tua sama-sama menyadari bahwa dirumahlah anak-anak dibentuk sikap dan kebiasaan maka rumah akan menjadi "learning center' bagi para pemimpin dunia. Persoalanya adalah banyak orang tua berpikir rumah hanya sebatas tempat tinggal saja, tempat istirahat dan tidur sehingga kesempatan menjadikan dirinya "role model" bagi anak-anaknya menjadi gagal fokus. Seringkali di meja makan keluarga ketika keluarga kumpul tidak dijadikan kesempatan untuk membangun sikap baik (akhlak) hanya sebatas makan saja dan selesai.
Saya ingin sharing tentang membangun sikap dan kebiasaan dari meja makan. Hal yang sering saya contohkan adalah mengawali ucapan "alhamdulillah Ya Allah, terima kasih atas nikmat ini", setelah itu saya mengucapkan terima kasih kepada pembantu yang menyiapkan makanan lalu berdoa bersama, ketika makan kebiasaan buruk dihilangkan, minimal ada 3 kebiasaan buruk yang sering dilakukan banyak orang (1). Main HP terus menerus sehingga lupa nikmatnya makan dan bersama keluarga. (2). Jarang memuji makanan namun justru Mengeluh soal makanan yang disajikan (3). Saling diam dan tidak bicara, hanya suara bunyi piring yang ramai. Sebagai Ayah maka saya mulai menunjukan sikap dan kebiasaan baru yaitu HP di letakan di tempat lain bukan di meja makan, lalu anak-anakpun mengikutinya. Kedua adalah mengatakan kepada mereka bahwa makanan ini enak sekali, terkadang mata saya fokus kepada hangatnya sebuah sop, atau peedasnya sambal atau bisa juga kepada lauk yang disukai, ketika mengawali dengan pujian kepada makanan tentu saja anak-anakpun ikut mengomentari serupa. Selain itu saya mulai bicara tentang pekerjaan tadi pagi, atau kemarin atau hari ini, bertemu dengan orang-orang baik dan seterusnya, lalu dilempar pembicaraan kepada anak-anaknya, akhirnya komunikasipun cair di meja makan.
Semoga meja makan di rumah andapun menjadi saksi bahwa sikap baik (attitude) dan kebiasaan itu dibangun di rumah anda juga, saatnya kita mulai membangun Indonesia agar menjadi bangsa diatas rata-rata dengan membangunkan jiwa-jiwa yang memiliki sikap hebat dan kebiasaan yang istiqomah dari keluarga kita sendiri. Saya setuju dengan istilah STRONG NATION FROM STRONG HOME.
Training sekitar Sikap dan kebiasaan bisa hubungi NAQOY CENTER (021) 75872807, 081905666479, 081287475463 email rumahkesadaran@ymail.com